Bissmillahirrahmannirrahiim
Kembali mencoba menulis,
setelah vakum hampir 3 atau 4 tahun yang lalu. Ngga ada waktu, sibuk, repot
ngurusin anak, dan seribu satu alasan klise, sebenarnya. Tapi dengan
Bismillah, dan motivasi dari teman yang
juga hebat, akhirnya aku coba untuk
kembali menulis. Dan di awal bulan november yang mulai dihiasi rintik hujan,
aku siap mengisi lembar blogku yang telah lama dibiarkan kosong melompong.
Perempuan-Perempuan
Hebat. Kenapa ya, tiba-tiba saja terlintas pikiran untuk menulis tentang
perempuan. Bukan karena aku merasa menjadi salah satu dari perempuan hebat itu,
lho (iiih... sombong banget ya:D). Tapi Ide tulisan ini muncul tiba-tiba, saat
melintas di depan rumah, mba rohmah, tetangga sebelah rumah. Dalam rintik hujan
dan senja yang mulai gelap, dengan semangat 45 dia masih menuntun sepedanya
untuk menjajakan kue. Ada donat, pastel, risoles, bubur sumsum, sampai cilok.
Lengkap banget ya..., dan itu dilakukan setiap hari. Pagi hari, dia bekerja
sebagai PRT di komplek perumahan elite sebelah kampungku, dan siang harinya
sepulang dari bekerja dia mulai menjajakan kue-kue tadi. Luar biasakan?. Kalau
seorang perempuan dikatakan hebat karena gelarnya yang panjang, atau prestasinya
yang mumpuni, dan sosoknya yang sempurna bak
putri raja ditambah dengan harta yang bergelimpangan ya wajar saja. Tapi
perempuan hebat yang ingin aku tuliskan disini bukanlah perempuan hebat seperti
itu. Perempuan hebat itu, ya seperti mba Rohmah.
Siapa sih mba rohmah
itu?, sebegitu pentingkah hingga perlu dijadikan sebagai bahan tulisan perdanaku
ini?. Setidaknya buatku sosok mba Rohmah ini sangat menginspirasi. Mba rohmah
ini seorang single parents, seumuran denganku. Suaminya meninggal karena
kecelakaan motor beberapa tahun yang
lalu. Anaknya ada 3, si sulung seorang laki-laki kelas VIII SMP, yang kedua
perempuan kelas VI, dan yang ketiga perempuan juga kelas 1 SD. Terbayangkan....
dalam usia yang 38 tahun sudah harus menjadi single parents untuk 3 anaknya.
Menjadi single parents
dijaman sekarang tentunya bukan hal yang mudah. Biaya hidup yang tinggi, ditambah lingkungan pergaulan remaja yang mengkuatirkan. Dan masalah dalam keluarga
tidak hanya seputar itukan?. Tapi, mba Rohmah ini sudah membuktikan, bahwa dia dengan segala keterbatasannya mampu
menghadapinya. Mba Rohmah, untuk saat ini memilih untuk mengasuh dan bekeja
keras untuk menghidupi anak-anaknya daripada menikah lagi. Buatku itu adalah
sebuah pilihan yang luar biasa. Disaat sebagian perempuan lain yang menjadi
single parents akhirnya memutuskan untuk menikah lagi, tentunya dengan berbagai
alasan dan selain itu tentu saja ada Takdir yang telah digariskan Allah SWT. Apakah
salah dengan keputusan itu?, tentu saja Tidak.
Sosok mba Rohmah itu
mengingatkanku pada beberapa sosok perempuan hebat lainnya. Perempuan-perempuan
dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, tetapi terus berjuang dan
berusaha untuk keluarganya tanpa banyak mengeluh. Mereka adalah para perempuan
yang tergabung dalam sebuah komunitas dengan nama KUM3. Tidak terasa Sudah 3 tahun lamanya aku menjadi pendamping
dikomunitas ini. Oh ya, KUM3 itu singkatan dari Komunitas Usaha Mikro Muamalah
berbasis Mesjid atau Majlis Ta’lim. Mereka adalah anggota pengajian di sebuah
Mesjid, dan mempunyai usaha kecil dirumahnya. Ada yang berjualan sembako,
makanan ringan, pokoknya mereka adalah para pejuang ekonomi mikro untuk
keluarganya.
Pertemuan akbar di Kebun Raya. Cerah dengan baju muslim pink hehehe... |
Kok bisa ya, guru PAUD
yang sehari-hari biasa berinteraksi
dengan anak-anak usia 3 sampai dengan 6 tahun ini, akhirnya malah bergaul
dengan para perempuan yang usianya rata-rata sudah sepuh?. Ya, rata-rata usia
mereka diatas 50 tahun, bahkan yang paling tua usianya 77 tahun. Dan semua
berawal dari pemohonan yang amat sangat dari mantan pacar, alias misua, alias
suami, hehehe. Sssst... sebenarnya ini tugas abinya (biasanya aku panggil dia
Abi). Berhubung Komunitas KUM3 ini ada beberapa kelompok di beberapa titik di
wilayah Bogor, akhirnya dengan amat sangat, Beliau memintaku untuk menjadi
salah satu pendamping di salah satu kelompok. Itulah singkat cerita, kenapa aku
jadi terjun kedalam dunia yang berhubungan dengan perempuan-perempuan hebat
ini.
Ini dia anggota KUM3 terbaik dan paling sepuh, tetep dengan baju pinknya |
Banyak sekali hikmah dan pelajaran berharga
selama 3 tahun berinteraksi dengan mereka. Para perempuan yang harus berperan
ganda, selain menjadi seorang istri, seorang ibu, juga menjadi sosok pencari
nafkah bagi keluarganya. Ada seorang perempuan hebat, yang “terpaksa” harus
bekerja, berjualan makanan ringan dari satu majlis ta’lim ke majlis ta’lim
lainnya. Dan itu dilakukan sejak suaminya mengalami kecelakaan dan tidak bisa
berjalan. Dan itu sudah dilakukan bertahun-tahun tanpa mengeluh dan berputus
asa. Ada juga sosok lain seperti Mba Rohmah,
single parents yang harus berperan menjadi ibu sekaligus ayah bagi
anak-anaknya. Ada juga anggota yang usianya hampir 70 tahun tapi semangatnya
luar biasa untuk hadir ke majlis ta’lim, bukan hanya kesatu majlis ta’lim, tapi
kebeberapa tempat pengajian disetiap minggunya, dan hebatnya sambil membawa
dagangan. Ketika ditanya kenapa harus repot-repot berjualan, bukankah anak-anak
sudah besar dan bisa membantu untuk mencukupi kebutuhannya, dia menjawab, “Ibu tidak
mau merepotkan anak-anak. MasyaAllah... hingga diusia senjanya masih mau
bekerja keras untuk sekedar mencukupi kebutuhan dirinya sendiri. Luar biasa
kan?.
Ada juga sosok ibu Ijah,
spesialis pembuat nasi ketan yang rasanya mak nyussss. Disaat suaminya
sudah tidak bisa produktif lagi dalam mencari nafkah, tanpa sungkan dia
menyingsingkan lengan baju untuk mengambil alih tongkat perekonomian keluarga,
MasyaAllah... semoga Allah senantiasa memudahkan urusan meraka. Amin.
Dan masih banyak cerita dari
mereka, perempuan hebat, yang menginspirasi. Perempuan yang kadang dianggap
sebagai mahluk yang lemah, ternyata bisa menjelma menjadi sosok seperti wonder
woman. Bisa menjadi apa saja dan bisa
mengerjakan apa saja. Bisa berperan sebagai ibu juga sebagai ayah dan kepala
keluarga untuk mencari nafkah.
Jujur saja, bagiku mereka
adalah mentor kehidupan yang sesungguhnya. Asam garam kehidupan benar-benar
telah mereka rasakan. Aku harus bisa seperti mereka. Menjadi perempuan yang
tidak lemah, tidak mudah berputus asa, dan selalu optimis menghadapi kehidupan sesulit
apapun. Saat ini, aku bisa bernafas lega karena ada partner untuk mengurus
anak-anak, ada yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan sandang dan pangan keluarga.
Ada yang melindungi dan menjaga dengan sepenuh hati. Tapi, bukankah roda
kehidupan terus berputar?. Hari ini bahagia dan terpenuhi semua kebutuhan,
entah esok lusa. Hari ini masih bisa tertawa lepas mungkin esok akan berganti
dengan deraian air mata. Hari ini ada pasangan hidup yang selalu menemani dalam
suka dan duka, tapi ketika Allah menghendaki ajal menjemput? Siapa yang bisa
menolak? Siapa yang bisa berkelit? Siapa yang bisa lari dari guratan takdir
yang telah tertulis?.
Di luar sana, tentu masih
banyak perempuan-perempuan hebat seperti mereka. Semoga kita bisa mengambil
hikmah dan pelajaran dari setiap kisah dari perjalanan kehidupan mereka.
Menjadi hebat bukan monopoli orang-orang terpelajar, menjadi hebat bukan milik
orang-orang kaya. Menjadi hebat adalah pilihan dan hak setiap insan yang
bernyawa.
Wah salut sekali dengan perempuan-perempuan hebat di atas Mak..
BalasHapusTerima kasih sudah mampir di blogku..
HapusSubhanallah mereka adalah perempuan-perempuan luar biasa.
BalasHapusSemoga allah mencurahkan karuaniaNya tuk perempuan2 tangguh itu.
Salut :)
Salam kenal Mbak, ini pertama kali saya mampir ke blog Mbak,
Mari mampir ke blog saya barangkali ada sesuatu yg bisa dibagi.
Thanks :D
Amin... Terimakasih sudah mampir di blogku. Siapp mba! Sy msh belajar ngeblog ..
Hapus