Mengukir Batu Hati, Memahat Karakter, Investasi Mahal
Alhamdulillah pada hari Jumat,
20 Nopember 2015 kegiatan parenting telah sukses dilaksanakan di sekolah
PAUD. Bina Balita Sehat Sejahtera, atau biasa disingkat menjadi PAUD BBSS. Kegiatan
Parenting kali ini, kita mengundang seorang narasumber yang sangat kompeten
untuk memberikan materi yang berhubungan dengan pendidikan anak dan tentang
ketahanan keluarga. Beliau adalah Bunda Ani Sumarni, SP., mantan Anggota
Legislatif DPRD Kota Bogor.
Penyelenggaraan program
pendidikan keorangtuaan atau disebut parenting ini menjadi program yang wajib
dilaksanakan disetiap satuan PAUD. Tujuannya adalah agar para orangtua memahami
pentingnya kesesuaian program pengasuhan anak di rumah dan kegiatan
pembelajaran di PAUD. Selain itu tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melaksanakan perawatan, pengasuhan
dan pendidikan anak di dalam keluarga sendiri dengan landasan dasar-dasar
karakter yang baik. Dan Alhamdulillah, PAUD BBSS dapat menyelenggarakan dan memfasilitasi
kegiatan parenting ini.
Kita kembali ke kegiatan
parenting di PAUD BBSS ya, Kegiatan parenting dimulai pada pukul 09.00 dan
berakhir pada pukul 11.30. Waktu yang terasa kurang karena materinya amat
sangat mengena dihati para bunda yang hadir pada saat itu. Tema
parenting kali ini adalah “Mengukir Batu Hati, Memahat Karakter, Investasi
Termahal”. Tidak hanya temanya yang
memang sangat “nendang banget”, tapi juga cara penyampaian yang menarik, Jelas,
dan lugas. Berhubung Bunda Ani ini orang sunda, jadilah penyampaian materipun
diselingi dengan bahasa sunda yang
membuat suasana menjadi lebih cair, dekat dan akrab. Karena Orangtua murid PAUD
BBSS mayoritas adalah orang sunda. Tapi berhubung materinya sangat panjang, jadi
dengan berat hati bunda Ani mengatakan bahwa materi yang disampaikan akan
dibagi dalam beberapa pertemuan. Yaa... akan ada posting lanjutan nih.
Sebelumnya acara parenting
dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh bunda Naura. Surat yang dibaca
adalah surat ke-31 yaitu QS. Luqman ayat 13 – 17. Isi dari surat Luqman memang
sangat tepat dibacakan dalam kegiatan parenting
ini, karena isinya adalah pesan atau pelajaran yang disampaikan Luqman
kepada anaknya. Isi dari pelajaran itu
adalah : pertama, Janganlah mempersekutukan Allah, Berbuat baiklah pada
kedua orangtua, Bersyukurlah kepada Allah dan kedua orangtua, Laksanakanlah
sholat, Ajaklah sesama untuk berbuat makruf dan cegahlah dari yang mungkar,
kemudian bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Kurang lebih itu isi dari
Surat Luqman yang telah dibacakan. Mohon maaf bila ada yang terlewat, ya.
Kemudian acara dilanjutkan
dengan sambutan dari Kepala Sekolah PAUD
BBSS, yang intinya menyampaikan ucapan
terima kasih atas kehadiran dan kerjasama para orangtua murid dan juga atas
kehadiran narasumber. Dan akhirnya waktu
yang ditunggupun tiba, yaitu materi parenting yang disampaikan oleh Bunda Ani
Sumarni dengan tema ““Mengukir Batu Hati, Memahat Karakter, Investasi
Termahal”. Ingin tahu apa saja yang
disampaikan oleh Bunda Ani...?. Yup, baca terus postingan ini yaa.
Berapa harga anak kita?
Seberapa berharga anak kita?. Pertanyaan itu
diajukan bunda Ani kepada para orangtua murid. Waahh, jawabannya macam-macam.
Ada yang bilang sangat berharga, tak ternilai, ada yang bilang lebih mahal dari
mobil dan rumah. Pokoknya jawabannya bervariasi, namun intinya sama, bahwa anak
tidak ternilai.
Kemudian Bunda Ani menceritakan
sebuah kisah, tentang seorang anak yang tidak sengaja mecahkan vas bunga kesayangan
ibunya. Apa yang terjadi...?. Anak tersebut dimarahi, dicubit, di pukul dan di kurung
di kamar mandi. Jadi, lebih berharga mana? Vas bunga atau anak itu ya?. Kesimpulan
dari cerita tadi adalah, terkadang tanpa
disadari orangtua lebih sayang terhadap benda-benda dari pada perasaan si anak.
Hanya karena sebuah Vas bunga, si ibu rela mencubit, memarahi dan mengurungnya
di kamar mandi. Padahal, perasaan si anak jauh lebih berharga. Cubitan dan
kemarahan si ibu akan tersimpan dalam memorinya. Dan peristiwa itu bisa mempengaruhi
psikologis si anak dan mungkin bisa membuat anak menjadi benci pada ibunya. Jadi
intinya seberapa berharga anak kita ditentukan oleh orangtuanya sendiri.
Perbaiki hubungan dengan Pasangan
Sepenggal ayat suci Al-Quran dibacakan
dengan merdu oleh bunda Ani. Surat yang
dibaca adalah QS ke-64 At-Tagbun ayat 14, yang artinya : “Wahai orang-orang
yang beriman, Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu
maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang”.
Apa hubungannya ya, antara tema
dengan arti QS 64:14 ini?, ternyata amat sangat berhubungan. Intinya adalah,
pasangan atau anak-anak kita bisa menjadi musuh atau dengan kata lain, hubungan
antara pasangan hidup dan anak-anak bisa berjalan tidak baik atau tidak
harmonis. Dan tugas kita sebagai seorang ibu atau istri adalah memaafkan.
Ternyata kata-kata maaf ini tidak hanya sekedar, “Ya, aku maafkan”. Tetapi,
memaafkan dengan sebenar-benarnya, setulus-tulusnya tanpa syarat, dan dengan
tidak mengungkit-ungkit atau mengingat kembali kesalahan ataupun masalah yang
pernah ada. Karena pasangan dan anak-anak kita pun manusia biasa yang mempunyai
kekurangan dan kelebihan.
Duuuh...., sepertinya mudah,
tapi kenyataannya memaafkan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, ya. Tapi,
harus bisa. Karena ini perintah Allah. Bila kita ingin disebut sebagai umat yang
beriman, maka kita wajib patuh dan taat terhadap perintahnya. Termasuk perintah
untuk memaafkan ini. Inshaa Allah, aku bisa (sambil ngelus dada....).
Kemudian setelah memaafkan, kita
harus menyantuni, artinya melayani dan mengurus kebutuhan anak-anak dan keluarga
sesuai haknya, dan kemudian memohonkan ampun dan mendoakan anak-anak dan suami. Bila kita
telah tulus ikhlas memaafkan, otomatis kita akan selalu mendoakan dan
memohonkan ampun untuk anak-anak dan pasangan.
Menurut Bunda Ani, Bila
ingin berhasil mendidik anak-anak dalam keluarga, maka kita harus memperbaiki terlebih
dahulu hubungan kita dengan pasangan. Baik itu suami dengan istri, atau istri
dengan suami. Karena hubungan yang tidak harmonis antara ayah dan bundanya,
akan mempengaruhi pola asuh dan pendidikan pada anak.
Ada seorang ibu yang tidak bisa berbicara dengan lembut kepada
anak-anaknya. Ternyata ibu tersebut baru menyadari, perasaan tidak nyaman,
kekesalan pada pasangan yang dipendam menjadi berimbas kepada anak. Jadi, bila
hubungan dengan pasangan sudah baik,
maka mendidik anak akan menjadi pekerjaan yang menyenangkan. Penuh cinta, dan
kasih sayang.
Mengukir Batu Hati, Memahat Karakter
Sebuah slide menampilkan dua
buah gambar batu. Yang satu berupa batu yang masih utuh belum diukir. Dan yang
satunya lagi gambar batu yang telah diukir. Bila kita memandang kedua batu itu,
lebih indah yang mana?. Tentu saja batu
yang telah diukir. Bentuknya indah, tidak membosankan dan menyejukan mata saat
melihatnya.
Seperti itulah perumpamaan karakter.
Karakter dalam bahasa arab artinya adalah ahlak/ahlakul karimah. Menurut Imam
Al-Ghazali, ahlak adalah perilaku baik yang permanen, muncul secara reflek.
Setiap orangtua tentu
mengharapkan anak-anak yang sholeh dan sholehah. Berkarakter atau berahlak baik. Untuk
membentuk karakter yang baik itu perlu ilmu, usaha, perjuangan dan pengorbanan dari
orangtuanya. Membentuk karakter yang baik itu membutuhkan waktu yang lama.
Seperti ukiran pada batu. Memahatnya membutuhkan waktu berhari-hari,
berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Saat memahatnya pun ada pola yang
dibentuk sehingga menghasilkan bentuk yang indah.
Untuk membentuk karakter yang
baik atau membentuk ahlakul karimah, orangtua harus mengikuti aturan atau
nilai/norma. Dan sebagai orang islam aturan atau pedoman yang dipegang adalah
yang bersumber dari Al-Quran dan Hadist serta sunnah Rasul yang telah
dicontohkan.
Karakter yang sudah tertanam
sejak kecil akan memunculkan perilaku atau sifat yang permanen. Contohnya, bila
mendengar adzan berkumandang, seorang anak yang sudah tertanam karakter atau
ahlak baiknya, maka akan segera melaksanakan sholat tanpa perlu diperintah lagi.
Melakukan perbuatan-perbuatan baik secara otomatis atau reflek.
Terputus amal kecuali 3 perkara,
Anak yang sholeh yang mendoakan ibu bapaknya, amal jariah dan ilmu yang
bermanfaat.
Itulah materi parenting yang
disampaikan oleh bunda Ani Sumarni, SP. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Amin...