Minggu, 22 November 2015

KEGIATAN PARENTING DI PAUD BINA BALITA SEHAT SEJAHTERA BOGOR




Mengukir Batu Hati, Memahat Karakter, Investasi Mahal


                Alhamdulillah pada hari Jumat, 20 Nopember 2015 kegiatan parenting telah sukses dilaksanakan di sekolah  PAUD. Bina Balita Sehat Sejahtera, atau biasa disingkat menjadi PAUD BBSS. Kegiatan Parenting kali ini, kita mengundang seorang narasumber yang sangat kompeten untuk memberikan materi yang berhubungan dengan pendidikan anak dan tentang ketahanan keluarga. Beliau adalah Bunda Ani Sumarni, SP., mantan Anggota Legislatif DPRD Kota Bogor. 

                Penyelenggaraan program pendidikan keorangtuaan atau disebut parenting ini menjadi program yang wajib dilaksanakan disetiap satuan PAUD. Tujuannya adalah agar para orangtua memahami pentingnya kesesuaian program pengasuhan anak di rumah dan kegiatan pembelajaran di PAUD. Selain itu tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melaksanakan perawatan, pengasuhan dan pendidikan anak di dalam keluarga sendiri dengan landasan dasar-dasar karakter yang baik.   Dan Alhamdulillah, PAUD BBSS  dapat menyelenggarakan dan memfasilitasi kegiatan parenting ini.

                Kita kembali ke kegiatan parenting di PAUD BBSS ya, Kegiatan parenting dimulai pada pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 11.30. Waktu yang terasa kurang karena materinya amat sangat mengena dihati  para bunda yang hadir pada saat itu. Tema parenting kali ini adalah “Mengukir Batu Hati, Memahat Karakter, Investasi Termahal”.  Tidak hanya temanya yang memang sangat “nendang banget”, tapi juga cara penyampaian yang menarik, Jelas, dan lugas. Berhubung Bunda Ani ini orang sunda, jadilah penyampaian materipun diselingi dengan  bahasa sunda yang membuat suasana menjadi lebih cair, dekat dan akrab. Karena Orangtua murid PAUD BBSS mayoritas adalah orang sunda. Tapi berhubung materinya sangat panjang, jadi dengan berat hati bunda Ani mengatakan bahwa materi yang disampaikan akan dibagi dalam beberapa pertemuan. Yaa... akan ada posting lanjutan nih.

                Sebelumnya acara parenting dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh bunda Naura. Surat yang dibaca adalah surat ke-31 yaitu QS. Luqman ayat 13 – 17. Isi dari surat Luqman memang sangat tepat dibacakan dalam kegiatan parenting  ini, karena isinya adalah pesan atau pelajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya. Isi dari pelajaran itu  adalah : pertama, Janganlah mempersekutukan Allah, Berbuat baiklah pada kedua orangtua, Bersyukurlah kepada Allah dan kedua orangtua, Laksanakanlah sholat, Ajaklah sesama untuk berbuat makruf dan cegahlah dari yang mungkar, kemudian bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Kurang lebih itu isi dari Surat Luqman yang telah dibacakan. Mohon maaf bila ada yang terlewat, ya. 

                Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari  Kepala Sekolah PAUD BBSS, yang intinya  menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran dan kerjasama para orangtua murid dan juga atas kehadiran narasumber.  Dan akhirnya waktu yang ditunggupun tiba, yaitu materi parenting yang disampaikan oleh Bunda Ani Sumarni dengan tema ““Mengukir Batu Hati, Memahat Karakter, Investasi Termahal”.  Ingin tahu apa saja yang disampaikan oleh Bunda Ani...?. Yup, baca terus postingan ini yaa.


Berapa harga anak kita?

                 Seberapa berharga anak kita?. Pertanyaan itu diajukan bunda Ani kepada para orangtua murid. Waahh, jawabannya macam-macam. Ada yang bilang sangat berharga, tak ternilai, ada yang bilang lebih mahal dari mobil dan rumah. Pokoknya jawabannya bervariasi, namun intinya sama, bahwa anak tidak ternilai.
                Kemudian Bunda Ani menceritakan sebuah kisah, tentang seorang anak yang tidak sengaja mecahkan vas bunga kesayangan ibunya. Apa yang terjadi...?. Anak tersebut dimarahi, dicubit, di pukul dan di kurung di kamar mandi. Jadi, lebih berharga mana? Vas bunga atau anak itu ya?.   Kesimpulan dari  cerita tadi adalah, terkadang tanpa disadari orangtua lebih sayang terhadap benda-benda dari pada perasaan si anak. Hanya karena sebuah Vas bunga, si ibu rela mencubit, memarahi dan mengurungnya di kamar mandi. Padahal, perasaan si anak jauh lebih berharga. Cubitan dan kemarahan si ibu akan tersimpan dalam memorinya. Dan peristiwa itu bisa mempengaruhi psikologis si anak dan mungkin bisa membuat anak menjadi benci pada ibunya. Jadi intinya seberapa berharga anak kita ditentukan oleh orangtuanya sendiri.


Perbaiki hubungan dengan Pasangan 

                Sepenggal ayat suci Al-Quran dibacakan  dengan merdu oleh bunda Ani. Surat yang dibaca adalah QS ke-64 At-Tagbun ayat 14, yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.

                Apa hubungannya ya, antara tema dengan arti QS 64:14 ini?, ternyata amat sangat berhubungan. Intinya adalah, pasangan atau anak-anak kita bisa menjadi musuh atau dengan kata lain, hubungan antara pasangan hidup dan anak-anak bisa berjalan tidak baik atau tidak harmonis. Dan tugas kita sebagai seorang ibu atau istri adalah memaafkan. Ternyata kata-kata maaf ini tidak hanya sekedar, “Ya, aku maafkan”. Tetapi, memaafkan dengan sebenar-benarnya, setulus-tulusnya tanpa syarat, dan dengan tidak mengungkit-ungkit atau mengingat kembali kesalahan ataupun masalah yang pernah ada. Karena pasangan dan anak-anak kita pun manusia biasa yang mempunyai kekurangan dan kelebihan. 

                Duuuh...., sepertinya mudah, tapi kenyataannya memaafkan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, ya. Tapi, harus bisa. Karena ini perintah Allah. Bila kita ingin disebut sebagai umat yang beriman, maka kita wajib patuh dan taat terhadap perintahnya. Termasuk perintah untuk memaafkan ini. Inshaa Allah, aku bisa (sambil ngelus dada....).

                Kemudian setelah memaafkan, kita harus menyantuni, artinya melayani dan mengurus kebutuhan anak-anak dan keluarga sesuai haknya, dan kemudian memohonkan ampun dan  mendoakan anak-anak dan suami. Bila kita telah tulus ikhlas memaafkan, otomatis kita akan selalu mendoakan dan memohonkan ampun untuk anak-anak dan pasangan.

                Menurut Bunda Ani, Bila  ingin berhasil mendidik anak-anak dalam keluarga, maka kita harus memperbaiki terlebih dahulu hubungan kita dengan pasangan. Baik itu suami dengan istri, atau istri dengan suami. Karena hubungan yang tidak harmonis antara ayah dan bundanya, akan mempengaruhi pola asuh dan pendidikan pada anak. 

Ada seorang ibu yang tidak bisa berbicara dengan lembut kepada anak-anaknya. Ternyata ibu tersebut baru menyadari, perasaan tidak nyaman, kekesalan pada pasangan yang dipendam menjadi berimbas kepada anak. Jadi, bila hubungan dengan pasangan  sudah baik, maka mendidik anak akan menjadi pekerjaan yang menyenangkan. Penuh cinta, dan kasih sayang.   


Mengukir Batu Hati, Memahat Karakter

                Sebuah slide menampilkan dua buah gambar batu. Yang satu berupa batu yang masih utuh belum diukir. Dan yang satunya lagi gambar batu yang telah diukir. Bila kita memandang kedua batu itu, lebih indah yang mana?.  Tentu saja batu yang telah diukir. Bentuknya indah, tidak membosankan dan menyejukan mata saat melihatnya.

                Seperti itulah perumpamaan karakter. Karakter dalam bahasa arab artinya adalah ahlak/ahlakul karimah. Menurut Imam Al-Ghazali, ahlak adalah perilaku baik yang permanen, muncul secara reflek.

                Setiap orangtua tentu mengharapkan anak-anak yang sholeh dan sholehah.  Berkarakter atau berahlak baik. Untuk membentuk karakter yang baik itu perlu ilmu, usaha, perjuangan dan pengorbanan dari orangtuanya. Membentuk karakter yang baik itu membutuhkan waktu yang lama. Seperti ukiran pada batu. Memahatnya membutuhkan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Saat memahatnya pun ada pola yang dibentuk sehingga menghasilkan bentuk yang indah.

                Untuk membentuk karakter yang baik atau membentuk ahlakul karimah, orangtua harus mengikuti aturan atau nilai/norma. Dan sebagai orang islam aturan atau pedoman yang dipegang adalah yang bersumber dari Al-Quran dan Hadist serta sunnah Rasul yang telah dicontohkan. 

                Karakter yang sudah tertanam sejak kecil akan memunculkan perilaku atau sifat yang permanen. Contohnya, bila mendengar adzan berkumandang, seorang anak yang sudah tertanam karakter atau ahlak baiknya, maka akan segera melaksanakan sholat tanpa perlu diperintah lagi. Melakukan perbuatan-perbuatan baik secara otomatis atau reflek. 

                Terputus amal kecuali 3 perkara, Anak yang sholeh yang mendoakan ibu bapaknya, amal jariah dan ilmu yang bermanfaat.

                Itulah materi parenting yang disampaikan oleh bunda Ani Sumarni, SP. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin...

Kamis, 19 November 2015

PELANGI KEHIDUPAN




                                         
                                            Merah, kuning, hijau, dilangit yang biru
                                                Pelukismu Agung siapa gerangan
                                                  Pelangi pelangi ciptaan Tuhan.
                                                   (Lirik: Lagu Pelangi-Pelangi)
  
  
Menurutku, setiap episode dalam kehidupan anak manusia itu bagaikan pelangi. Penuh warna, yang menyiratkan makna yang berbeda di dalamnya. Apa? Kamu tidak setuju?. Tidak apa-apa kalau kamu tidak setuju dengan pendapatku ini.

Tapi, coba kita ingat-ingat kembali setiap moment yang pernah kita lalui dalam hidup ini.  Saat jatuh cinta misalnya, rasanya dunia dan seisinya berubah menjadi merah muda. Saat menulis surat untuk si dia, tanpa disadari kita menulisnya di kertas warna merah muda. Saat mengirimkan kartu ucapan atau menghadiahinya sebuah kado selalu ada nuansa merah muda di dalamnya. Pokoknya semua serba merah muda. Bahkan saat bertemu dengan si dia, atau hanya sekedar membayangkannya saja, wajah kitapun sering merona merah muda. Hayooo, ngaku..!?.

Atau, saat kita melalui masa-masa tidak menyenangkan dan menyedihkan. Pernahkah kita melihat orang yang datang kepemakaman dengan berpakaian warna-warna ngejreng selain warna hitam atau putih?. Kalau pun ada aku yakin orang itu tentunya memiliki kepercayaan tingkat tinggi. Berduka, selalu disimbolkan dengan warna hitam. Walaupun aku yakin tidak ada larangan bagi orang yang berduka untuk memakai pakaian dengan warna selain hitam, tapi sepertinya warna hitam mungkin memang cocok untuk menggambarkan kedukaan, kepedihan dan kehilangan akan seseorang dalam hidupnya.

Tapi, cinta memang tidak selalu merah muda. Kedukaan pun tidak harus disimbolkan dengan hitam. Kenapa? Karena hidup itu memang penuh warna. Bila cinta harus selalu merah muda, apakah hatimu masih akan tetap berwarna merah muda, saat dia ternyata selingkuh?, saat dia ternyata menyakiti hatimu?, saat dia ternyata berbohong?, saat para suami melakukan KDRT atau diam-diam berpoligami?. Rasanya, hidup tak lagi berwarna merah muda. Mungkin kita akan merasa dunia dan seisinya berubah menjadi hitam kelam, atau  biru kelabu, bahkan  merah membara.
Jangan!, jangan biarkan hanya satu warna tertentu saja yang mewarnai perjalanan hidup ini. Kenapa? karena hidup ini memang penuh warna. Apakah kamu akan tetap membiarkan hidupmu di penuhi dengan lembaran hitam, padahal masih ada waktu dan kesempatan untuk merubahnya menjadi putih bersih. Seperti  aku menikmati  takdir yang menggoreskan berbagai warna dalam perjalanan hidupku. Lihatlah...!, pelangi hadir tidak hanya dengan satu warna. Ada berbagai warna disana, dan semua bersatu padu menjadi sebuah lukisan alam yang teramat indah. Semua orang bisa memandangi dan menikmati keanekaragaman warna itu dalam keadaan suka ataupun duka, dalam tumpukan berbagai masalah atau dalam limpahan kebahagian.

Hidup itu memang penuh warna. Tapi, sanggupkah aku juga kamu memaknai setiap warna-warni dalam setiap perjalanan hidup ini?. Mampukah kita mengambil pelajaran dalam setiap warna-warni kehidupan yang kita jalani ini?. Seharusnya BISA!.

Hidup itu memang penuh warna. Kebahagian, kesedihan, kemarahan, kehilangan adalah warna-warni kehidupan yang mau tidak mau harus aku juga kamu lalui. Suka atau tidak suka, siap atau tidak siap. Hidup itu memang penuh warna. Dan kebahagian sesungguhnya adalah saat kita bisa memberi warna untuk orang-orang dan lingkungan disekitar kita.

             Hidup itu memang pernuh warna......

Jumat, 06 November 2015

PEREMPUAN-PEREMPUAN HEBAT



Bissmillahirrahmannirrahiim

Kembali mencoba menulis, setelah vakum hampir 3 atau 4 tahun yang lalu. Ngga ada waktu, sibuk, repot ngurusin anak, dan seribu satu alasan klise, sebenarnya. Tapi dengan Bismillah,  dan motivasi dari teman yang juga  hebat, akhirnya aku coba untuk kembali menulis. Dan di awal bulan november yang mulai dihiasi rintik hujan, aku siap mengisi lembar blogku yang telah lama dibiarkan kosong melompong.

Perempuan-Perempuan Hebat. Kenapa ya, tiba-tiba saja terlintas pikiran untuk menulis tentang perempuan. Bukan karena aku merasa menjadi salah satu dari perempuan hebat itu, lho (iiih... sombong banget ya:D). Tapi Ide tulisan ini muncul tiba-tiba, saat melintas di depan rumah, mba rohmah, tetangga sebelah rumah. Dalam rintik hujan dan senja yang mulai gelap, dengan semangat 45 dia masih menuntun sepedanya untuk menjajakan kue. Ada donat, pastel, risoles, bubur sumsum, sampai cilok. Lengkap banget ya..., dan itu dilakukan setiap hari. Pagi hari, dia bekerja sebagai PRT di komplek perumahan elite sebelah kampungku, dan siang harinya sepulang dari bekerja dia mulai menjajakan kue-kue tadi. Luar biasakan?. Kalau seorang perempuan dikatakan hebat karena gelarnya yang panjang, atau prestasinya yang mumpuni, dan sosoknya yang sempurna bak  putri  raja ditambah dengan harta yang bergelimpangan ya wajar saja. Tapi perempuan hebat yang ingin aku tuliskan disini bukanlah perempuan hebat seperti itu. Perempuan hebat itu, ya seperti mba Rohmah. 

Siapa sih mba rohmah itu?, sebegitu pentingkah hingga perlu dijadikan sebagai bahan tulisan perdanaku ini?. Setidaknya buatku sosok mba Rohmah ini sangat menginspirasi. Mba rohmah ini seorang single parents, seumuran denganku. Suaminya meninggal karena kecelakaan motor beberapa  tahun yang lalu. Anaknya ada 3, si sulung seorang laki-laki kelas VIII SMP, yang kedua perempuan kelas VI, dan yang ketiga perempuan juga kelas 1 SD. Terbayangkan.... dalam usia yang 38 tahun sudah harus menjadi single parents untuk 3 anaknya. 

Menjadi single parents dijaman sekarang tentunya bukan hal yang mudah. Biaya hidup yang tinggi, ditambah lingkungan pergaulan remaja yang mengkuatirkan. Dan masalah dalam keluarga tidak hanya seputar itukan?. Tapi, mba Rohmah ini sudah membuktikan,  bahwa dia dengan segala keterbatasannya mampu menghadapinya. Mba Rohmah, untuk saat ini memilih untuk mengasuh dan bekeja keras untuk menghidupi anak-anaknya daripada menikah lagi. Buatku itu adalah sebuah pilihan yang luar biasa. Disaat sebagian perempuan lain yang menjadi single parents akhirnya memutuskan untuk menikah lagi, tentunya dengan berbagai alasan dan selain itu tentu saja  ada  Takdir yang telah digariskan Allah SWT. Apakah salah dengan keputusan itu?, tentu saja Tidak.

Sosok mba Rohmah itu mengingatkanku pada beberapa sosok perempuan hebat lainnya. Perempuan-perempuan dengan  segala keterbatasan yang mereka miliki, tetapi terus berjuang dan berusaha untuk keluarganya tanpa banyak mengeluh. Mereka adalah para perempuan yang tergabung dalam sebuah komunitas dengan nama KUM3. Tidak terasa Sudah  3 tahun lamanya aku menjadi pendamping dikomunitas ini. Oh ya, KUM3 itu singkatan dari Komunitas Usaha Mikro Muamalah berbasis Mesjid atau Majlis Ta’lim. Mereka adalah anggota pengajian di sebuah Mesjid, dan mempunyai usaha kecil dirumahnya. Ada yang berjualan sembako, makanan ringan, pokoknya mereka adalah para pejuang ekonomi mikro untuk keluarganya. 

Komunitas Usaha Mikro Muamalah Berbasis Mesjid atau Majlis Ta'lim
Pertemuan akbar di Kebun Raya. Cerah dengan baju muslim pink hehehe...


Kok bisa ya, guru PAUD yang  sehari-hari biasa berinteraksi dengan anak-anak usia 3 sampai dengan 6 tahun ini, akhirnya malah bergaul dengan para perempuan yang usianya rata-rata sudah sepuh?. Ya, rata-rata usia mereka diatas 50 tahun, bahkan yang paling tua usianya 77 tahun. Dan semua berawal dari pemohonan yang amat sangat dari mantan pacar, alias misua, alias suami, hehehe. Sssst... sebenarnya ini tugas abinya (biasanya aku panggil dia Abi). Berhubung Komunitas KUM3 ini ada beberapa kelompok di beberapa titik di wilayah Bogor, akhirnya dengan amat sangat, Beliau memintaku untuk menjadi salah satu pendamping di salah satu kelompok. Itulah singkat cerita, kenapa aku jadi terjun kedalam dunia yang berhubungan dengan perempuan-perempuan hebat ini. 

Komunitas usaha Mikro Muamalah Berbasis Mesjid atau Majlis Ta'lim
Ini dia anggota KUM3 terbaik dan paling sepuh, tetep dengan baju pinknya

Banyak sekali hikmah dan pelajaran berharga selama 3 tahun berinteraksi dengan mereka. Para perempuan yang harus berperan ganda, selain menjadi seorang istri, seorang ibu, juga menjadi sosok pencari nafkah bagi keluarganya. Ada seorang perempuan hebat, yang “terpaksa” harus bekerja, berjualan makanan ringan dari satu majlis ta’lim ke majlis ta’lim lainnya. Dan itu dilakukan sejak suaminya mengalami kecelakaan dan tidak bisa berjalan. Dan itu sudah dilakukan bertahun-tahun tanpa mengeluh dan berputus asa.  Ada juga sosok lain seperti Mba Rohmah, single parents yang harus berperan menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Ada juga anggota yang usianya hampir 70 tahun tapi semangatnya luar biasa untuk hadir ke majlis ta’lim, bukan hanya kesatu majlis ta’lim, tapi kebeberapa tempat pengajian disetiap minggunya, dan hebatnya sambil membawa dagangan. Ketika ditanya kenapa harus repot-repot berjualan, bukankah anak-anak sudah besar dan bisa membantu untuk  mencukupi kebutuhannya, dia menjawab, “Ibu tidak mau merepotkan anak-anak. MasyaAllah... hingga diusia senjanya masih mau bekerja keras untuk sekedar mencukupi kebutuhan dirinya sendiri. Luar biasa kan?.

Ada juga sosok ibu Ijah, spesialis pembuat nasi ketan  yang rasanya mak nyussss. Disaat suaminya sudah tidak bisa produktif lagi dalam mencari nafkah, tanpa sungkan dia menyingsingkan lengan baju untuk mengambil alih tongkat perekonomian keluarga, MasyaAllah... semoga Allah senantiasa memudahkan urusan meraka. Amin.

Dan masih banyak cerita dari mereka, perempuan hebat, yang menginspirasi. Perempuan yang kadang dianggap sebagai mahluk yang lemah, ternyata bisa menjelma menjadi sosok seperti wonder woman. Bisa menjadi apa saja dan  bisa mengerjakan apa saja. Bisa berperan sebagai ibu juga sebagai ayah dan kepala keluarga untuk mencari nafkah.

Jujur saja, bagiku mereka adalah mentor kehidupan yang sesungguhnya. Asam garam kehidupan benar-benar telah mereka rasakan. Aku harus bisa seperti mereka. Menjadi perempuan yang tidak lemah, tidak mudah berputus asa, dan selalu optimis menghadapi kehidupan sesulit apapun. Saat ini, aku bisa bernafas lega karena ada partner untuk mengurus anak-anak, ada yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan sandang dan pangan keluarga. Ada yang melindungi dan menjaga dengan sepenuh hati. Tapi, bukankah roda kehidupan terus berputar?. Hari ini bahagia dan terpenuhi semua kebutuhan, entah esok lusa. Hari ini masih bisa tertawa lepas mungkin esok akan berganti dengan deraian air mata. Hari ini ada pasangan hidup yang selalu menemani dalam suka dan duka, tapi ketika Allah menghendaki ajal menjemput? Siapa yang bisa menolak? Siapa yang bisa berkelit? Siapa yang bisa lari dari guratan takdir yang telah tertulis?. 

Di luar sana, tentu masih banyak perempuan-perempuan hebat seperti mereka. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap kisah dari perjalanan kehidupan mereka. Menjadi hebat bukan monopoli orang-orang terpelajar, menjadi hebat bukan milik orang-orang kaya. Menjadi hebat adalah pilihan dan hak setiap insan yang bernyawa.