Dari Hati akan Sampai Kehati
Sekolah Ibu Kota Bogor adalah program yang di inisiasi oleh TP PKK Kota
Bogor yang di ketuai oleh Ibu Hj.Yane Bima Arya, MSi. Sebuah program mulia yang
ditujukan untuk semua para ibu di Kota Bogor. Dengan harapan akan hadir para ibu yang cerdas
dan tangguh, sehingga bisa menjalankan
perannya yang begitu banyak di rumahnya dengan penuh rasa bahagia dan
bertanggung jawab. Dari ibu yang berilmu dan bahagia diharapkan akan terciptanya
keluarga-keluarga yang tangguh, yang memiliki ketahanan keluarga, mampu
menghadapi setiap permasalahan dan perubahan jaman.
Sekolah Ibu tidak bisa dibanding-bandingkan
dengan program lain atau kelas parenting yang sudah ada sebelumnya. Karena
karakteristik dan segmennya sangat berbeda. Sekolah Ibu hadir sebagai bentuk
kepedulian pemerintah, khususnya Kota Bogor dan TP PKK Kota Bogor dalam menciptakan keluarga yang kuat dan tangguh,
sejahtera dan bahagia. Sehingga bisa menjadi contoh bagi keluarga-keluarga di
lingkungan sekitar. Diharapkan dari keluarga-keluarga tersebut juga akan lahir generasi baru yang mampu membangun
peradaban bangsa.
Sesuatu
yang di kerjakan dari hati akan sampai ke hati. Itulah adanya Sekolah Ibu Kota
Bogor. Respon yang baik yang ditunjukkan oleh para peserta di wilayah membuktikan
bahwa program ini begitu banyak memberi manfaat bagi mereka juga bagi para
pengajar itu sendiri. Hingga saat ini, saya masih sering mendapat pesan dari
peserta yang begitu merindukan suasana dan kegiatan Sekolah Ibu.
Sekolah Ibu Sekolah Kehidupan
Ada banyak cerita dan pengalaman yang tak
terlupakan selama menjadi pengajar Sekolah Ibu. Baik pengalaman yang dialami
oleh saya dan partner mengajar, maupun pengalaman dan cerita yang dibagi oleh
para peserta diwilayah. Dan dari cerita peserta sekolah ibu saya banyak belajar tentang kehidupan yang sesungguhnya.
Cerita mereka menggambarkan potret kehidupan masyarakat di wilayah pinggiran Kota
Bogor. Qadarullah saya mengajar selama 4 angkatan di 3 kelurahan yang berbeda
di wilayah Bogor Selatan. Yang pertama di kelurahan Cikaret, yang jarak tempuh
ke pusat kota tidak terlalu jauh. Yang kedua di Kelurahan Bojongkerta, dimana jarak
tempuh ke pusat kota itu lumayan jauh. Kalau pakai angkutan kota agak ribet dan
memakan waktu lumayan lama. Allhamdulillah saya bisa menghemat waktu karena
mengendarai motor sendiri. Ada sedikit cerita saat penempatan para pengajar di
angkatan kedua ini. Saat itu saya sempat berucap, “ditempatkan dimana saja saya
siap, walaupun itu di ujung berung”. Dan saat pengumuman penempatan pengajar,
akhirnya saya memang ditempatkan di wilayah paling ujung di Bogor Selatan. Jadi
hati-hati dengan ucapan ya, karena katanya ucapan itu adalah doa. Alhamdulillah
angkatan ke 3 dan ke 4, saya ditempatkan di kelurahan Kertamaya yang jaraknya
tidak terlalu jauh.
Saya belajar tentang kesabaran dari seorang
peserta yang memiliki pasangan yang memiliki kekurangan di pendengarannya.
Sehingga untuk berkomunikasi dengan suaminya diperlukan kesabaran tingkat dewa.
Atau cerita seorang peserta yang dulu pernah
hampir mau dijual oleh ibu kandungnya sendiri. Ada juga cerita yang
membahagiakan, ketika seorang peserta ternyata saat ikut Sekolah Ibu kondisi
rumah tangganya sedang bermasalah dan sudah pisah rumah. Dipertemuan ke 5 atau
ke 6, ibu tersebut baru bercerita bahwa dia rujuk dengan suaminya dan sudah
tinggal serumah kembali. Rasanya terharu dan ikut berbahagia akhirnya mereka bisa
melewati masa kritis dalam perjalanan rumah tangganya. Ada juga cerita lucu
dari seorang peserta yang mengaku galak dan tidak pernah mau mencium tangan
suami selain hari lebaran. Dan setelah ikut Sekolah Ibu, ibu itu mengaku banyak
perubahan terutama sikapnya pada suami. “Sekarang saya tidak galak lagi dan
selalu mencium tangan saat pamit ketika akan pergi”. Alhamdulilah. Saya belajar tentang kesungguhan dan semangat
dari seorang peserta yang jarak rumahnya ke kelurahan itu cukup jauh. Tapi
jarak yang jauh dan ongkos ojek yang mahal tidak menghalanginya untuk selalu
hadir disetiap pertemuan Sekolah ibu. Cerita-cerita itulah yang menjadi
kekuatan dan semangat bagi saya untuk melangkahkan kaki disetiap hari Senin dan Kamis, jadwal Sekolah
Ibu dilaksanakan.
Disekolah Ibu saya pun belajar apa arti bekerjasama, saling menghormati dan menghargai
dengan pasangan mengajar. Saling menyemangati
dan memberi kesempatan untuk ikut berperan di dalam kelas. Bertemu untuk
pertama kalinya di hari pertama dengan partner mengajar pernah saya alami. Belum pernah bertemu
sebelumnya bahkan wajahnya pun tidak tidak tahu seperti apa. Tapi karena saya
dan pasangan mengajar memiliki niat yang sama, masa adaptasi berjalan dengan mudah. Disitulah
kita saling belajar dan mengenal satu sama lain sehingga kita bisa memberikan
yang terbaik kepada peserta Sekolah Ibu di wilayah.
Takdir Allah itu begitu
indah
Bagi
saya, menjadi salah satu pengajar Sekolah Ibu Kota Bogor adalah sebuah
perjalanan hidup yang telah Allah takdirkan dengan begitu indah. Sebuah pengalaman
luar biasa yang amat sangat berharga . Sekolah Ibu tidak hanya memberi manfaat
untuk para ibu di wilayah Kota Bogor. Tapi juga memberi pencerahan luar biasa
untuk saya pribadi sebagai pengajar. Karena sesungguhnya, saat kita berdiri dihadapan
para ibu di wilayah, bukan berarti kita
adalah manusia sempurna dengan keluarga ideal tanpa masalah. Saya bisa
menyampaikan materi Sekolah Ibu dengan yakin dan percaya diri, karena saya
sudah merasakan begitu banyak manfaat dan kebaikan dalam materi tersebut. Bagi
saya, Sekolah Ibu hadir sebagai salah satu penguat disaat ada
konflik dalam keluarga, apalagi disaat kondisi pandemi seperti saat ini.
Sekolah
Ibu memberikan saya banyak kesempatan untuk belajar dan mendapatkan ilmu
tentang ketahanan keluarga, mengenal watak dan kepribadian, ilmu tentang manajemen
keuangan hingga manajemen konflik dan banyak lagi ilmu-ilmu lainnya. Sekolah
Ibu jugalah yang telah membuka jalan hingga saya bisa menjejakan kaki di
wilayah yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. (Jadi ketahuan kalau saya ‘kuper’
alias kurang pergaualan yah!). Sekolah Ibu pun telah memberi saya kesempatan untuk bertemu dan
mengenal 30 orang peserta di setiap
kelurahannya. Dan semuanya adalah para ibu
dengan rentang usia 20 sampai dengan 45 tahun. 30 orang ibu dikali 4 kelurahan, berarti
selama kurun waktu 2018-2019 saya telah berinteraksi dengan 120 orang ibu. MasyaAllah. Dipertemukan dengan
para peserta Sekolah Ibu di wilayah yang berbeda adalah sebuah takdir dan
karunia yang amat besar, tidak bisa dinilai dengan materi.
Sekolah Ibu adalah ladang untuk
meraih pahala jika dikerjakan dengan penuh keikhlasan hanya megharap ridho
Allah semata. Pengabdian tanpa batas tidak peduli siapa kita dan menjadi apa
kita. Karena sesungguhnya sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk
orang lain. Semoga kita semua bisa menjaga hati dan niat kita dalam menjalankan
peran yang diamanahkan sebagai pengajar Sekolah Kota Bogor. Aamiin Yaa Rabbal’alamin.